Seperti dilansir CNN, Sabtu (27/2/2016), gencatan senjata ini mulai diberlakukan pada Jumat (26/2) tengah malam waktu Damaskus. Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, menyebut situasi di kota-kota besar Suriah berangsur-angsur tenang.
"Tiba-tiba suasana baik di kota Daraa maupun Damaskus menjadi tenang," sebutnya.
![]() |
Suasana tak biasa ini juga dilaporkan oleh Direktur Syrian Observatory for Human Rights, Rami Abdulrahman, yang menyebut ketenangan menyelimuti beberapa kota besar Suriah lainnya. Namun ada beberapa wilayah di utara Suriah yang masih dilanda sejumlah ledakan tak diketahui pasti asalnya.
De Mistura memperkirakan situasi penuh ketenangan tidak diharapkan terjadi dalam semalam saja. "Ada kemungkinan besar kita harus memperkirakan adanya pelanggaran," imbuhnya.
"Poin penting yang perlu kita lihat adalah apakah insiden-insiden itu segera bisa diatasi dan ditangani," sebut De Mistura soal pelanggaran yang mungkin terjadi.
Ditambahkan De Mistura, rapat satuan tugas Suriah akan digelar Sabtu (27/2) sore di Jenewa, untuk mencari tahu apakah gencatan senjata sementara ini dihormati pihak-pihak yang berkonflik di Suriah.
![]() |
Pada Jumat (26/2) kemarin, Dewan Keamanan PBB sepakat mendukung resolusi yang mengatur penghentian pertempuran sementara di Suriah dan meminta semua pihak mematuhi gencatan senjata. Opsi ini dianggap paling masuk akal bagi konflik yang melanda Suriah selama beberapa tahun terakhir dan menewaskan sedikitnya 250 ribu orang serta memaksa 1 juta orang mengungsi.
Dalam pernyataannya, kelompok oposisi Suriah mengaku akan menghormati gencatan senjata yang akan diberlakukan selama 2 minggu ini. Namun mereka memperingatkan agar pemerintah Suriah dan Rusia tidak menyerang oposisi dengan dalih menyerang kelompok teror yang ada di Suriah, seperti Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
![]() |
Komisi Negosiasi Tinggi dari kelompok pemberontak Suriah menyatakan ada 97 faksi yang sepakat mematuhi gencatan senjata. Mereka juga memperingatkan agar rezim Suriah dan sekutunya Rusia tidak menyerang mereka dengan dalih menyerang ISIS dan al-Nusra Front yang jelas-jelas kelompok teroris.
"Tidak seharusnya rezim (Suriah) dan sekutunya mengeksploitasi gencatan senjata dengan melanjutkan serangan terhadap faksi oposisi moderat dengan dalih memerangi terorisme," demikian pernyataan mereka pada Jumat (26/2) waktu setempat.
Gencatan senjata selama 2 minggu ini tidak berlaku untuk kelompok yang diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh Dewan Keamanan PBB, seperti ISIS dan al-Nusra Front. Selama gencatan senjata berlangsung, operasi militer terhadap ISIS dan al-Nusra terus berlanjut.
Sumber : Detik.com
0 komentar:
Posting Komentar